24 July 2009

Islam di Hong Kong Terus Menggeliat dengan Syiar Dakwah


Hong Kong merupakan salah satu negara terfavorit untuk tujuan wisata dunia. Dan, di negeri ini, pariwisata merupakan tonggak utama perekonomian Hong Kong dengan jumlah wisatawan mencapai 21,81 juta orang tahun 2004. Bahkan, hampir setiap tahun, jumlah wisatawan terus meningkat rata-rata 11,1 persen per tahun.

Negara yang memiliki luas wilayah sekitar 1.100 kilometer persegi ini, dihuni oleh sekitar 6.880.000 jiwa berdasarkan sensus penduduk tahun 2006 dengan kepadatan penduduk mencapai 6.254 per kilometer persegi.

Di negara yang resmi diserahkan pada pemerintahan Republik Rakyat Cina (RRC) 1 Juli 1997 itu, didiami oleh berbagai komunitas agama, seperti Konghucu, Buddha, Kristen, Hindu, Katholik, dan Islam.

Dari sekitar 6,8 juta jiwa itu, sekitar 120 ribu penduduk Hong Kong menganut agama Islam. Sisanya terbagi atas Konghucu, Buddha, Kristen, Hindu, dan Katholik.

Kendati jumlah penganut Islam minoritas, namun kegiatan keagamaan di negeri ini terus menggeliat. Bahkan, dukungan dan kehadiran sejumlah Tenaga Kerja Indonesia (mereka lebih senang disebut dengan Buruh Migran Indonesia, BMI) di negara ini, membuat syiar Islam makin semarak.

Dan, di beberapa distrik (kota) tersibuk di Hong Kong, syiar Islam terus berdenyut. Terdapat lima masjid yang menjadi pusat aktivitas keislaman di negeri bagian Cina ini.

Yang tertua adalah Masjid Jamia yang terletak di Shelley Street, yang dibangun pada 1890-an dan kemudian dibangun kembali pada 1905. Masjid Kowloon dan Pusat Islam di Nathan Road, dibuka pada 1984. Masjid Ammar dan Pusat Islam di Oi Kwan Road di Wan Chai dibuka pada September 1981. Pekuburan Muslim Cape Collinson turut mempunyai masjid. Selain itu, juga ada Masjid Stanley.

Azan mengalun indah di kawasan sibuk aktivitas Nathan Road, Hong Kong. Muazinnya adalah Ahmed Cheung Wong Yee--kini dikenal sebagai Imam Cheung --yang merupakan imam masjid tersebut. Sementara, kerumunan manusia terus bergerak sampai akhirnya berhenti di keset tenunan sebelum masuk masjid, mereka bersiap shalat Jumat.

Pada jam itu, semua perhatian seolah tersedot ke masjid. Para pria seperti sepakat berhenti sejenak dari pekerjaannya, berganti 'kostum', lalu bergerak ke masjid. Di bagian lain, seorang wanita berdiam seperti patung. Mulutnya berucap perlahan, melafalkan ayat-ayat Alquran. Begitu Imam Cheung menyudahi iqamat-nya, shalat berjamaah pun dimulai.

Aktivitas di atas merupakan sekelumit kehidupan komunitas Muslim di Hong Kong. Kota yang padat aktivitas dan memiliki kehidupan yang tidak pernah berhenti, menyisakan sebagian ruang heningnya bagi para pemeluk agama untuk beribadah. Meski bukan mayoritas, namun umat Islam di sana menikmati kebebasan menjalankan ibadah mereka.

Berdasarkan data statistik tahun 2007, jumlah warga Muslim di Hong Kong tercatat ada sekitar 120 ribu orang. Mereka saling berbagi wilayah bersama komunitas Kristen, Buddha, dan Hindu. Karena itu, mereka sangat berhati-hati untuk tidak saling mengganggu satu sama lain. Itu sebabnya, azan hanya boleh dilakukan terbatas di masjid.

Meski demikian, Imam Cheung menyebut pemerintahan Hong Kong cukup akomodatif terhadap kepentingan kelompok Muslim. ''Mereka telah memberikan daging yang disembelih sesuai hukum Islam,'' ujarnya seperti dikutip dari situs IslamOnline.

Selain itu, masjid dan pusat kegiatan Islam cukup berkembang di kota ini. Setiap Jumat, Imam Cheung melayani jamaahnya di masjid Kowloon yang banyak didatangi umat Islam dari berbagai etnis. Sebagian dari mereka merupakan komunitas Cina, sisanya terbagi atas Muslim Asia Tenggara, Timur Tengah, Pakistan, India, dan Afrika.

Ribuan tahun lalu
Komunitas Muslim telah ada di Cina sejak seribu tahun lalu. Dibawa oleh komunitas pedagang Arab yang membawa barang-barangnya berjualan melintasi jalur perdagangan yang dikenal sebagai 'jalur sutra', yang menghubungkan Cina dengan dunia Barat.

Sementara di Hong Kong, perkembangan agama Islam mencapai puncaknya pada saat kedatangan Muslim Pakistan dan India yang dipekerjakan tentara Inggris untuk menjaga kawasan ini. Hong Kong dulunya merupakan koloni Inggris sebelum diserahkan kembali ke Cina pada 1 Juli 1997.

Jumlah penganut Islam semakin berkembang pesat dengan banyaknya komunitas Cina minoritas yang masuk Islam. Kelompok Cina minoritas ini kemudian dikenal dengan nama 'Hui'.

Imam Cheung merupakan salah satu imam yang mengurusi masjid di Hong Kong. Ia memberikan kontribusi besar bagi pengembangan ajaran Islam di kota yang dulunya merupakan koloni Inggris ini.

Ia dibesarkan dan belajar di kawasan Cina Selatan dekat pelabuhan Guangzhou, atau yang dikenal sebagai Canton. Ia menjadi imam mengikuti jejak ayah dan kakeknya yang juga seorang imam dan kini dimakamkan di sana. Hingga di usianya yang lanjut, Imam Cheung masih saja tetap menjalankan tugasnya sebagai imam Masjid. Ia juga menyebarkan ajaran Islam dan mengajarkan sejarah kehidupan Rasulullah SAW.

Sejarah mencatat, perkembangan Islam di Cina sudah berlangsung sejak berabad-abad lalu. Dimulai saat Rasulullah mengirimkan tiga sahabatnya untuk mendatangi negeri Cina untuk menyebarkan ajaran Islam. Dua di antaranya meninggal di perjalanan, sementara satu orang lainnya tiba dan membangun tiga buah masjid, yang salah satunya ada di Guangzhou. Hingga kini, masjid yang dibuat pada 627 M ini masih berdiri di Guangzhou.

Dikisahkan pada 1942, saat usianya menginjak 27 tahun, Imam Cheung diundang ke Hong Kong, berbarengan dengan pendudukan Jepang di wilayah itu. Ia kewalahan mengurusi jenazah prajurit Muslim karena keterbatasan kain dan kayu untuk peti. Bertahun-tahun kemudian, sang Imam masih menjalankan profesinya. Melayani umat Islam yang terus berdatangan ke Hong Kong.

Komunitas Muslim di Hong Kong lebih dari setengahnya merupakan orang Cina asli, dan sisanya merupakan pendatang, seperti orang Pakistan, Malaysia, Indonesia, Filipina, Arab, dan Afrika. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti bagaimana komunitas Muslim asli Hong Kong bisa terbentuk.

Namun, keberadaan komunitas Muslim Hong Kong semakin jelas sejak Hong Kong berada di bawah pemerintahan Inggris pada pertengahan abad ke-19. Inggris membawa tentara-tentara Muslimnya dari India. Datang pula bersama mereka atribut-atribut keislamannya.

Setelah itu, jumlah penganut Islam semakin banyak di Hong Kong sehingga kemudian terbentuklah komunitas Muslim. Melihat hal tersebut, pemerintah Hong Kong kemudian mengalokasikan lahan bagi komunitas Muslim ini untuk membangun masjid dan kuburan. Bertahun-tahun kemudian, lebih banyak lagi orang Islam yang datang ke Hong Kong dan menetap. Di antara mereka adalah Muslim Cina yang datang dari Cina daratan.

Salah satu komunitas Muslim yang berkembang di Hong Kong adalah mereka yang berasal dari kelompok Syiah. Mereka berjumlah 500 orang, namun mereka merupakan kelompok yang sangat kuat dan aktif menggelar dakwah Islam di wilayah itu.

No comments: