19 April 2010

Ruang Bagi Wanita dalam Haji

MEKAH--Salah satu ritual utama ibadah Haji bersumber dari keberanian dan ketangguhan seorang wanita. Dalam Islam dikisahkan, Hajar, istri nabi Ibrahim, berlari antara dua bukit demi mencari air untuk bayi lelakinya yang kehasuan setelah mereka ditinggal di padang pasir. Kemudian Allah memberi sebuah mata air yang terus mengalir hingga kini.

Setiap tahun, jamaah haji mengulang kembali peran Hajar dalam pencarian tersebut, berlari tujuh kali antara dua titik di Mekah yang menandai lokasi dua bukit tersebut.

Itu sebuah cerita yang menyentuh hati Shaidah Sharif, seorang Muslim Amerika yang tahun ini melaksanakan haji. Namun ada sesuatu dalam ibadah haji yang mengusiknya.

Ketika jamaah pria dianjurkan untuk berlari cepat antara dua tempat, para wanita justru disarankan banyak ulama untuk melakukan dengan perlahan. Alasannya, kerena wanita "lebih lemah" dan akan lelah, atau karena berlari dianggap tidak sopan.

"Kita memperingati tindakan seorang perempuan, seseorang yang melakukan pengorbanan tidak hanya untuk anaknya namun juga bangunan di seluruh kota yang kini ada," ujar Sharif, mengacu pada pada fakta bahwa Ka'bah, dibangun di dekat situs perjuangan Hajar.

"Dan ketika dia melakukan usaha luar biasa keras demi anaknya, ia tak berpikir tentang gender. dan kini, di sini pula, (mereka) membuat larangan bagi wanita untuk berlari," ujar jamaah berusia 32 tahun dari Atlanta, Georgia, AS itu.

Haji tahun ini mendatangkan sekitar 2,4 juta jamaah dari penjuru dunia. Mereka satu persatu, dimulai hari Senin (30/11) kembali pulang setelah ritual berakhir.

Setiap tipe pemeluk Islam dapat ditemukan di tanah suci. Mulai dari ultrakonservatif berani mati yang bersikeras untuk melakukan pemisahan penuh antara wanita dan pria hingga mereka yang moderat dan mengakomodasi budaya Barat dan mengakui hak-hak wanita di kampung halamannya.

Para wanita, seperti halnya jamaah pria, mengaku menemukan kenikmatan dari ibadah haji, sebuah pengalaman spiritual yang mendekatkan kepada Tuhan, menghapuskan dosa dan mengalami kesamaan hak di antara Muslim.

Namun, ada beberapa kejadian, yang oleh para jamaah wanita dianggap sebagai pelabelan status kelas dua dibanding jamaah lelaki. Kualitas fasilitas rendah, minim akses ke sejumlah situs adalah beberapa contoh.

Salah satu kisah muncul dari penuturan Kameelah Wilkerson. Saat itu sebuah insiden di toilet umum yang begitu menggangunnya. Ketika antrian orang semakin bertambah. Para lelaki berpindah ke toilet wanita dan menyuruh wanita yang ada keluar. Yang mengejutkan Kameelah, Muslim lahir dan besar di Los Angeles, para wanita tak berkata apa-apa.

"Saya berkata, Ladies, mengapa kalian duduk di sini, ke sana dan ambil tempat kalian," ujar Kameelah. "Saya rasanya ingin mendatangi mereka dan berkata (kepada para lelaki), 'Pindah kembali ke toilet lelaki,".

Tak dipungkiri, lokasi ibadah haji, Saudi Arabia adalah salah satu tempat paling konservatif ketimbang belahan lain dunia Islam. Negara itu melarang wanita dan pria bercampur di satu tempat dan tak mengizinkan wanita mengemudi kendaraan.

Namun, seorang jamaah asal Malaysia, Nori Abdullah, yang mengaku dirinya feminis, merasakan pengalaman berbeda. Ketika melaksanakan haji, ia dibuat kagum oleh Masjidil Haram yang membolehkan wanita dan pria tak terpisah sekat saat beribadah.

"Setiap orang dapat sholat di mana pun, dan di sana (sangat mungkin) seorang pria di samping anda," ujarnya. "Inilah suasana sesungguhnya sebuah tempat ibadah,".

Kembali ke kemah jamaah haji asal Amerika, Sharif baru saja menidurkan anak lelakinya berusia 14 bulan. Tahun ini ia harus berjuang antara beribadah, menjadi ibu dan peran unik lain.

Sharif adalah salah satu pemandu jamaah haji, sebuah hal langka. Sebagian besar jamaah datang berserta rombongan asal negara mereka. Dan, sebagian besar dipandu oleh lelaki.

Sharif rupanya--bersama sang suami--pemilik HajjPros, perusahaan berbasis Atlanta yang mengorganisir jamaah. Selain membantu suaminya menjalankan bisnis, ia membantu para kliennya menjalani ritual haji yang rumit dan, menurutnya, itu mempermudah geger budaya yang dialami wanita Barat.

Di dalam Islam, Sharif meyakini, para wanita sungguh-sungguh berperan penting dan menghormati baik wanita maupun pria. Ia juga mendidik kliennya tentang para wanita yang memainkan peran nyata di awal-awal Islam. "Dan bagaimana kami menyusul jejak mereka," ujarnya.

Salah satu wanita dalam rombongannya, Medinah Muhammad, 33 tahun, dokter asal Atlanta, mengatakan haji membuat ia merasa beruntung menjadi warga Amerika.

"Anda merasa terberkahi hidup di negara yang membolehkan wanita memperoleh pendidikan dan mengejar kesempatan karir," ungkapnya. "Diperlukan untuk mendatangi sisi lain planet untuk benar-benar mensyukurinya," aku Medinah.

Ia juga menyatakan, datang ke Mekah benar-benar menguatkan kembali pandangannya tentang peran wanita.

"Ketika saya melihat para wanita keseluruhan, saya pikir kami (para wanita) sangat mengagumkan. Bahkan dengan semua situasi budaya berbeda, para wanita masih dapat bekerja dan mengurus keluarga dengan cara apa pun yang mereka mampu," ujar Medinah.

"Haji benar-benar mengungkapkan itu pada saya,".

No comments: