16 August 2009

Reruntuhan Masjid Kuno Sudan Ditemukan




Temuan arkeologi terbaru Sudan, reruntuhan masjid dengan batu terpahat tulisan dalam Bahasa Arab.
KHARTOUM —  Masjid yang baru-baru ini ditemukan di utara Sudan memiliki kemungkinan menjadi masjid pertama di Afrika dan menguatkan pendapat jika benua itu adalah bagian sejarah penyebaran Islam di seluruh dunia.

"Beberapa bulan lalu seorang guru sekolah dari Khartoum pergi ke Nawa untuk menghadiri pernikahan. Di sana ia mendengar ada masjid kuno di area tersebut. Ia memotret lalu menulis tentang itu di surat kabar," ujar Dr Hasan Al Shaiqi, profesor studi Islam di Universitas Internasionl Afrika (IUA) di Khartoum, Jumat (14/11) seperti yang dikutip oleh IslamOnline.com

"Saya lalu mengontaknya, dan pergi ke Nawa untuk menginvestigasi sendiri langsung," tutur Hasan

Ketika mengunjungi lokasi, Hasan, yang pernah menulis tentang sejarah sahabat Rasul asal Afrika dan tab'in, melihat sebuah batu di sudut dengan pahatan tulisan Arab berbunyi : Semoga Allah mengampuni Yazid bin Abu Habib.

Kisah si ibnu (anak) Abu Habib, Tabi'in dan ulama yang tinggal di Mesir pada abad kedua Hijriah itu rupanya telah menjadi kajian yang menarik guru besar tersebut lebih dari sepuluh tahun.

"Saat itu saya tengah mempersiapkan thesis master tentang sahabat kaum Afrika ketika saya temukan Yazid, pengikut Nabi dari utara Sudan. Ia pun menjadi topik desertasi PhD yang kemudian dipublikasikan dalam sebuah buku.

Ibnu Abi Habib itu, Hasan memaparkan, adalah putra dari tawanan perang Nubi dari Dongola yang dibawa ke Mesir. Ia lantas dibesarkan di Al Fostat (Kairo tua) sebagai mawla (budak). Kemudia ia dibebaskan karena memiliki kemampuan luar biasa dalam kajian Islam terutama Hadist.

Ia hidup di sebagian periode kekuasaan Kekalifahan Umayah, saat itu Umar bin Abd al Aziz yang menjadikan Yazid mufti di Mesir," Kata Hasan meneruskan penuturannya.

Kalifah saat itu memerintahkan pengkoleksian dan pendokumentasian Hadist. "Yazid memegang peranan penting dalam hal ini dengan mengumpulkan sedikitnya 5000 Hadist," kata Hasan.

Hasan juga menekankan fakta jika murid Yasid, termasuk Al Layth bin Sa'ad juga menjadi salah satu ulama besar terkenal di Mesir. Ulama hadist ternama yang diakui, Bukhari dan Moslem, juga murid Ibnu Abu Habid asal Nubia itu.

Di lokasi reruntuhan masjid itu, Hasan menemukan pula kemiripan bentuk dengan masjid kuno di sekitarnya. "Dari tampang dan gaya konstruksi masjid, Ini terlihat mirip dengan Masjid Abd Allah bin Abi Sarh, di Dongola tua

Hasan menuturkan, Ibnu Abi Sarh dulu juga pemimpin Muslim yang pernah berupaya menguasai Nubia (kini bagian Sudan utara dan tengah, dan Mesir selatan) pada abad ke-8 Masehi. Namun ia menemui perlawanan sengit dan akhirnya menandatangai perjanjian damai dengan penduduk Nubia.

Perjanjian itu dikenal dengan nama Baqt. membentuk hubungan antar Mesir dan Nubia selama enam abad, dan mengijinkan pendirian masjid di ibu kota Nubia, yakni Dongola untuk musafir Muslim.

Sementara pengungkapan terbaru masjid, memunculkan keterkaitan dengan Yazid. "Penggalian dan penelitian lebih perlu dilakukan," ujar Hasan.

Hal itu pun diamini oleh Hasan Hussein, doktor di Badan Artefak dan Museum Nasional. "Perlu dilakukan penggalian menyeluruh di lokasi reruntuhan masjid," ujarnya.

Hussein sendiri mengeluh, monumen sejarah Islam di Sudan tidak mendapat perhatian cukup, namun berharap penggalian itu akan mengubah kondisi nantinya. "Saya harap ini dapat membuka pintu menuju lebih banyak penelitian dan dukungan," kata Hussein.

Hasan berpendapat jika penemuan masjid itu akan memperdalam pemahaman penyebaran Islam di wilayah Sudan khususnya dan Afrika umumnya. "Masjid ini menjadi petunjuk jika Yazid dan ulama Nubia lain kembali ke tanah leluhur mereka dan menyebarkan Islam kepada kerabat dan penduduk.

Guru besar IUA itu juga mengatakan penemuan dapat memberi bukti lain tentang bagaimana Islam masuk ke negara itu. Dalam berbagai kajian disebutkan Islam datang ke wilayah itu sekitar abad ke-14, namun adanya penemuan arkeologi tersebut, akar Islam bisa jadi jauh lebih tua, yakni tiba di tahun pertama atau kedua Hijriah (setara dengan abad ke-7 atau ke-8 Masehi).

No comments: