08 May 2010
Wanita Berjilbab Pimpin Distrik di Belanda
Setelah Roterdam memiliki walikota muslim, kini giliran distrik Zeeburg di Kota Amsterdam, Belanda yang bakal dipimpin seorang muslim. Adalah Fatima Elatik, 35 tahun, yang ditunjuk sebagai kepala dewan distrik Zeeburg.
Wanita Muslim itu dinominasikan oleh PvdA, di distrik tersebut untuk menggantikan Nico Papineau Salm--yang mengundurkan diri karena alasan kesehatan. Kemenangan Elatik melalui pemungutan suara telah diprediksi mengingat PvdA adalah partai terbesar di kawasan tersebut
Wanita itu pun otomatis menjadi pemerintah politik pertama yang bertugas dengan mengenakan jilbab di Belanda. Selama ini ia telah dikenal sebagai politisi berjlbab yang mengkombinasikan warna kerudung di wajahnya.
Sekitar 50 ribu orang tinggal di distrik Zeeburg, salah satu dari 14 distrik di Kota Amsterdam. Sama seperti Amsterdam, Roterdam pun memiliki bentuk pemerintahan semacam itu. Setiap distrik (setingkat kecamatan) dalam kota memiliki kewenangan khusus untuk perencanaan dan pembangunan fisik kawasan, seperti membangun lahan parkir atau masjid.
Sampai saat ini, sebelum, Aboutaleb terpilih menjadi walikota, dan Elatik terpilih menjadi kepala distrik, Belanda hanya pernah memiliki satu pemimpin wilayah beragama Islam, yakni Ahmed Marcouch(PvdA). Marcouch masih menjabat sebagai kepala distrik Slotervaart. Ketiga orang tersebut, yakni Aboutaleb, Marcouch dan Elatik, adalah keturunan Maroko.
Namun dalam wawancara dengan het Parool, situs berita berbahasa Belanda, Elatik mengatakan adalah hal ''menggelikan" bila media mengaitkan pemilihan dirinya dengan Aboutaleb. "Saya tidak ingin digambarkan sebagai warga negara Maroko. Tolong digarisbawahi, di antara warga PvdA di pusat dan di wilayah perwakilan Zeeburg, saya adalah satu-satunya yang lahir dan besar di Amsterdam," tegas Elatik.
Status kewarganegaraan keturunan Maroko memang menjadi isu sensitif di Belanda. Tak lain karena meski seseorang telah berimigrasi dan mendapat kewarganegaraan baru, Maroko tetap mengakui orang tersebut warga negaranya. Begitu pun anak-anak keturunan imigran Maroko yang lahir di negara lain, secara otomatis tetap diakui Maroko sebagai warga negara. Alhasil warga keturuna Maroko pun rata-rata memiliki kewarganegaraan dobel
Hal tersebut pun sempat menjadi pembicaraan Aboutaleb ketika dicalonkan menjadi walikota. Banyak pihak yang kemudian meragukan statusnya hingga loyalitas dan nasionalismenya terhadap Belanda.
Namun diangkatnya Elatik, dengan jelas menggambarkan isu loyalitas dan keraguan nasionalisme, tidak masuk hitungan dalam proses pemilihan kepala distrik Zeeburg.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment