Sistem Direktorat Spiritual Muslim (MSD) di Rusia tak memiliki basis mendasar dengan Islam, namun ia memiliki akar mendalam dalam Kerajaan Rusia dan Sejarah Soviet. Posisi bersejarah itulah yang memiliki peran kunci dalam mencegah pertikaian antar etnis dan agama di kawasan Muslim, di Volga Tengah dan di mana pun penjuru Rusia.
Pandangan tadi merupakan tulisan sebuah buku baru karangan A.Yu. Khavbutdinov, “The History of the Orenburg Muslim Spiritual Assembly (1788-1917): Institutions, Ideas and People” terbit tahun ini. Dalam sebuah ulasan, sejarawan Rusia, Damir Mukhetdinov, menulis karena organisasi pendahulu MDS-itulah, Majelis Spiritual Muslim Orenburg, maka wilayah Muslim masih stabil hingga kini.
Damir sendiri adalah kepala deputi MSD untuk Rusia Eropa. Ia berpendapat lembaga Orenburg, adalah "milik bersama semua Muslim Rusia, kecuali mereka yang tinggal di Kaukasus Utara,". Lembaga itu telah membantu mengembangkan strategi pengembangan dan kerjasama dengan negara dan masyarakat Rusia.
Kajian terhadap Majelis Orenburg menunjukan bahwa "jumlah masjid-masjid lebih berkembang hingga seratus kali lipat" selama masa keberadaan lembaga itu. Namun yang lebih penting bagi Muslim Rusia, "pada era tersebut proses asimilasi hampir selalu berjalan mulus dan tak ada kasus signifikan yang menunjukkan kepindahan warga pemeluk Islam ke negara lain."
"Dan hari ini kita saksikan, bahwa hal utama umat Rusia adalah keberadaan kota-kota dan aula yang menjadi pusat Islam selama epic Majelis Orenburg berlangsung," ujar Damir. Karena kondisi itu pula, para mufti di Rusia mengatakan mereka yang mengkritik sistem MDS dan aktivitas presidennya harus mempertimbangkan lagi kecamannya.
Tentu saja, imbuh Damir, tak pernah ada lembaga atau sosok yang ideal. Akhir masa tsarian di Rusia menunjukkan itu, yang ditandai munculnya bentrokan bahkan pembersihan etnis dan agama. Namun yang perlu ditekankan, mengingat sejarah bentrokan dan pembersihan etnis bukan hal jarang di Rusia, kata Damir, maka di zona mana kekerasan itu ada dan di zona mana yang tidak juga perlu.
Jika seseorang benar-benar mencermati, maka ia dapat melihat bahwa "sebuah kawasan luas yang diawasi Majelis Orenburg, mulai Petersburg hingga Chita dan dari Astrakhan ke Arkhangelsk, tetaplah bebas dari konflik berdarah. Kondisi yang sayangnya tak bisa ditemukan di Transcaucasus, Kaukasus Utara dan Kazakhstan atau Asia Tengah
Pengecualian atas pola nonkonflik dalam wilayah itu, di mana kehidupan beragama dipantau oleh Majelis Orenburg, kala periode revolusi, hanya di bagian Urals, di mana Bashkirs dan Slavic bertikai atas penguasa kawasan. Sejarah mengungkap pula mengapa selama 1990 tidak ada bentrokan berdarah di sana.
Semua mufti yang memimpin di Majelis Orenburg, tulis Damir, mempromosikan kebijakan hubungan damai dengan lingkungan dan tetangga sekitar. Lebih dari itu, Majelis Orenberg, dalam kajian terbukti menjalankan tata-kelola langka, mereka membuat pengeluaran minimal dari dana penduduk yang dikumpulkan. Mereka tidak hanya mengurus hal-hal keagamaan tetapi juga pendidikan. Majelis pun mencegah mullah dan imam terpisah dan berjarak dari populasi masyarakat.
Baik pengarang maupun pengulas mengatakan, muncul pandangan luas yang keliru bahwa Majelis Orenburg dan anggotanya hanyalah orang-orang birokratis yang tidak melihat situasi semua Rusia dari kacamata terkucil mereka. Damir menyatakan, justru hingga kini, lembaga itu tidak kehilangan kedudukan pentingnya dalam era milenium baru, ketika umat Rusia kembali mempertanyakan persatuan, perbaikan ekonomi, keuangan dan pendidikan sekaligus menjaga kepribadian Muslim di tengah dunia yang kian berubah.
No comments:
Post a Comment