10 January 2009

Kisah para pembuat peta

(Tulisan Pertama)

Ketika Barat tertidur dalam kegelapan, ilmuwan dan penjelajah Muslim sudah mampu membuat peta dan globe secara akurat. Tak heran, jika peradaban pun ada dalam genggaman umat Islam.
Tanpa globe, peta, atau kompas, dan penunjuk arah lainnya, mungkin tak kan ada penjelajahan di muka bumi. Keberhasilan membuat peta dan globe pada keemasan Islam menandai mulai berkembangnya ilmu Geografi.
“sungguh telah berlaku sunnah Allah maka berjalanlah kamu di muka bumi dan lihatlah bagaimana akibat (perbuatan) orang-orang yang mendustakan ayat-ayat-Nya.” (QS. Al Imran:137).
Perintah ini membuat umat Islam berupaya melakukan ekspansi. Karenanya, sejak zaman kenabian, umat Islam sudah mengarungi lautan dan menjelajah daratan menyebar agama Allah. Sejak abad ke 8 Masehi, kawasan Mediterania telah menjadi jalur utama ekspedisi para ulama, ilmuwan, dan pedagang Muslim. Jalur laut dan darat yang sering digunakan akhirnya menghubungkan seluruh wilayah Muslim yang berkembang mencapai India, asia tenggara, Cina, meluas ke utara dari sungai Volga hingga, Skandinavia, dan menjangkau pedalaman Afrika. Akhirnya, ekspansi abad ini mendorong sarjana dan penjelajah Muslim mengembangkan ilmu Geografi (Ilmu Bumi).
Umat Islam memang bukan yang pertama mengembangkan geografi. Ilmu ini pertama kali dikenal oleh bangsa Yunani. Tokoh Yunani yang berjasa mengeksplorasi geografi antara lain Thales dari Miletus, Herodotus, Eratosthenes, Hipparchus, Aristotle, Dicaearchus dari Messana, Strabo, dan ptolemy. Bangsa romawi juga memberikan konstribusi pada pemetaan karena banyak melakukan penjelajahan dan menambah tknik baru. Salah satunya adalah periplus, yakni deskripsi pelabuhan dan daratan sepanjang garis pantai yang bisa dilihat pelaut.
Ketika Romawi jatuh, Barat berada dalam kegelapan. Ilmu pengetahuan berkembang pesat di Timur Tengah dan Cina. Geografi pun mulai berkembang pada era Kekhalifahan Abbasyiah yang berpusat di Baghdad. Ketika Khalifah Harun ar-Rasyid dan Al-Ma’mun berkuasa, mereka mendorong sarjana Muslim menerjemahkan naskah-naskah kuno Yunani dan Romawi ke bahasa Arab. Naskah Yunani yang diterjemahkan antara lain Alemagest dan Geographia.
Perkembangan pesat Ilmu Geografi di dunia Islam dimulai ketika Khalifah Al-ma’mun (813-833 M) memerintahkan sarjana Muslim untuk mengukur kembali jarak bumi. Sejak itulah muncul istilah mil untuk mengukur jarak, sedangkan orang Yunani menggunakan istilah stadion. Upaya keras Ilmuwan Muslim berbuah manis. Umat Islam akhirnya bisa menghitung volume dan keliling bumi. Berbekal keberhasilan ini, Al-ma’mun memerintahkan Geografer Muslim menciptakan peta bumi. Akhirnya Musa al-Khawarizmi bersama 70 Geografer lainnya berhasil membuat globe pada tahun 830 M.
Khawarizmi juga menulis kitab geografi yang berjudul Surah al-Ardh (Morfologi Bumi), sebuah koreksi terhadap karya Ptolemaeus. Kitab ini menjadi landasan ilmiah bagi Geografi Muslim Tradisional. Pada abad yang sama, al-Kindi juga menulis sebuah buku yang bertajuk keterangan tentang bumi yang berpenghuni. Sejak itulah, geogerafi berkembang dengan pesat.
(bersambung)

No comments: