(tulisan pertama)
Sejarah memang milik penguasa. Ketika peradaban dan kekuasaan Islam mulai redup, seiring jatuhnya Granada di Spanyol, benteng terakhir umat Islam di Eropa, tahun 1492, pencapaian emas para ilmuwan dan penjelajah muslim pun ikut dikubur dalam-dalam. Salah satunya adalah sejarah penemuan benua Amerika dan cikal bakal komunitas Muslim di daratan yang dihuni orang-orang Indian ini.
Akibatnya, selama ribuan tahun, sejarah dunia yang diajarkan di sekolah hingga perguruan tinggi diputar balikkan. Benua Amerika ditemukan oleh Christopher Columbus, 12 Oktober 1492. Bahkan, ketika pertama kali menginjakkan kakinya didaratan yang ia sangka Semenanjung Hindia itu, Columbus menyebutnya sebagai The New World.
Tapi bagi umat Islam, Amerika bukanlah ‘Dunia baru’, sebab 603 tahun sebelum Columbus menjejakkan kakinya di Amerika, penjelajah Muslim dari Andalusia dan Afrika Barat telah membangun peradaban di benua itu. Mereka berasimilasi secara damai, berdagang, dan menikah dengan penduduk lokal.
Menzies menulis, Zheng He (Ceng Ho), Laksamana Muslim dari Cina, juga telah mendarat di Amerika pada 1421, 71 tahun sebelum Columbus. Karenanya, klaim yang menyatakan Columbus sebagai penemu Amerika akhirnya pun patah.
literatur yang menerangkan bahwa penjelajah islam telah menginjakkan kaki di Amerika beberapa abad sebelum Columbus juga cukup banyak. Salah satunya ditulis oleh pakar sejarah dan geografi Abul-Hassan Ali Ibnu al-Hussain al-Masudi (871-957). Dalam bukunya Muruj Adh-dhawab wa Maad al-Jawhar (The Meadows of Gold and quarries of Jewels-Hamparan emas dan Tambang Permata), al-Masudi menulis, Khaskhas Ibnu Sa’ied Ibnu Aswad, seorang penjelajah Muslim dari Cordoba, ibu kota Kekhalifahan Andalusia, berhasil mencapai benua Amerika pada 889 Masehi.
Al-Masudi menjelaskan, semasa pemerintah Khalifah Abdullah Ibnu Muhammad (888-912) di Andalusia, Khaskhas berlayar dari Pelabuhan Delbra (Palos) pada 889 menyeberangi Lautan Atlantik hingga mencapai sebuah negeri yang asing. Sekembalinya dari benua yang sekarang Amerika ini, Khaskhas membawa harta yang menakjubkan.
Sejak itulah, pelayaran menembus Atlantik yang saat itu dikenal dengan “lautan yang gelap dan berkabut” itu, banyak yang dilakukan pedagang dan ilmuwan Muslim. Al-Masudi juga menulis Akhbar az-Zaman yang memuat catatan pengembaraan pedagang pedagang Muslim ke kawasan Afrika dan Asia.
Litaretur yang paling populer adalah essay Dr Youssef Mroueh dari Preparatory Committee for International Festivals to Celebrate the Millennium of the Muslims Arrival to the Americas, tahun 1996. Dalam essay yang berjudul Precolumbian Muslims in America (Muslim Amerika Pra Columbus), Dr Mroueh menunjukkan sejumlah fakta bahwa sejumlah Muslimin dari Andalusia dan Afrika Barat tiba di Amerika lima abad sebelum Columbus.
Pada pertengahan abad X, pada masa pemerintahan Bani Umayyah yaitu Khalifah Abdurrahman III (929-961), kaum Muslimin dari Afrika berlayar ke arah barat dari pelabuhan Delbra di Spanyol menembus “samudera yang gelap dan berkabut”. Setelah menghilang beberapa lama, mereka kembali dengan sejumlah harta dari negeri yang “tak dikenal dan aneh”. Dalam pelayaran itu, ada sejumlah kaum Muslimin yang tinggal bermukim di negeri baru itu. Mereka adalah imigran Muslimin gelombang pertama yang tiba di Amerika.
Dr Mroueh juga menulis, berdasarkan catatan ahli sejarah Abu Bakr Ibnu umar al-Gutiyya, pada masa pemerintahan Khalifah Hisham II (976-1009) di Andalusia, penjelajah dari Granada bernama Ibnu Farrukh meninggalkan pelabuhan Kadesh, Februari 999. Farrukh melintasi Lautan Atlantik, mendarat di Gando, (Kepulauan Canary) dan berkunjung pada Raja Guanariga. Ia melanjutkan pelayaran ke barat, melihat dua pulau dan menamakannya Capraria dan Pluitana. Ia kembali ke Andalusia pada Mei 999.
Al-Syarif al-Idrisi (1099-1166), pakar Geografi dan ahli pembuat peta, dalam bukunya yang berjudul Nuzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaaq (Ekskursi dari yang rindu mengarungi ufuq) menulis sekelompok pelaut Muslim dari Afrika Utara berlayar mengarungi samudera yang gelap dan berkabut. Ekspedisi yang berangkat dari Lisbon (Portugal) ini, dimaksudkan untuk mendapatkan apa yang ada dibalik samudera itu? Berapa luasnya dan di mana batasnya? Mereka pun menemukan daratan yang penghuninya bercocok tanam dan berkomunikasi dengan bahasa Arab.
Pelayaran melintasi Samudera Atlantik dari maroko juga dicatat oleh penjelajah Shaikh Zayn-eddin Ali bin Fadhel al-Mazandarani. Kapalnya melepas jangkar dari pelabuhan Tarfay di Maroko pada masa Sultan Abu Yacob Sidi Youssef (1286-1307), penguasa keenam Kekhalifahan Marinid. Rombongan ekspedisi ini mendarat di Pulau Green di Laut Karibia pada 1291. Menurut Dr Mroueh, catatan perjalanan pelaut maroko ini banyak dijadikan referensi oleh ilmuwan Islam pada era sesudahnya.
Sultan-sultan dari Kerajaan Mali di Afrika Barat yang beribukota di Timbuktu, juga melakukan perjalanan hingga mendarat di benua Amerika. Sejarawan chibab Addin Abdul-Abbas Ahmad bin Fadhl al-Umari (1300-1384) menulis catatan ekspedisi geografi ini dengan saksama. Timbuktu yang kini dilupakan orang, saat itu menjadi pusat peradaban, keilmuan, dan perpustakaan yang maju di Afrika.
Ekspedisi darat dan laut banyak dilakukan orang termasuk umat Islam menuju rimbuktu atau berawal dari Timbuktu. Sultan yang tercatat melakukan pengembaraan ke Benua Amerika adalah Sultan abu Bakari I (285-1312). Sultan Abu Bakari adalah saudara dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312-1337). Sultan Abu Bakar I melakukan dua kali ekspedisi menembus Lautan Atlantik dan mendarat di Amerika. Bahkan, penguasa Afrika Barat yang juga ilmuwan ini menyusuri sungai Mississippi untuk mencapai pedalaman Amerika Tengah dan Utara, tahun 1309-1312.
Selama di benua baru ini, para eksplorer tetap menggunakan bahas Arab dalam berkomunikasi dengan penduduk setempat. Dua abad kemudian tepatnya tahun 1513, penemuan benua Amerika ini diabadikan dalam peta berwarna yang disebut Piri Re’isi. Peta ini dipersembahkan kepada Khalifah Utsmaniyah, Sultan salim I, tahun 1517 di Turki. Peta ini berisi informasi akurat tentang belahan bumi bagian barat, Amerika Selatan, benua Antartika, dan penggambaran pesisir brasil yang detail.
No comments:
Post a Comment