27 July 2010

Menengok Studi Islam di Xinjiang

Sejak kecil, Mamat Reyim (23), warga Urumqi, Uighur Xinjiang, sebuah daerah otonomi di Republik Rakyat Cina (RRC) sudah gemar membaca Alquran. ''Membaca kitab suci Alquran selalu menjadi hal yang menyenangkan buat saya,'' tutur Reyim.

Kecintaannya kepada kitab suci membuatnya bercita-cita menjadi seorang ulama yang ahli Alquran. Untuk mewujudkan impiannya itu, Reyim pun menimba ilmu di Akademi Studi Kitab Suci Islam Xinjiang. Jika tak ada aral melintang, tahun ini Reyim akan menyelesaikan studinya di akademi itu.

Selepas menyelesaikan studinya di Xinjiang, Reyim berencana untuk melanjutkan studinya ke perguruan tinggi Islam terkemuka di dunia, Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir. Demi mewujudkan cita-citanya menjadi ulama yang ahli Alquran, Reyim pun telah mendaftarkan dirinya untuk mendapatkan beasiswa dari Kedutaan Besar Mesir di Beijing.

''Saya sangat yakin dengan kemampuan saya untuk bersaing mendapatkan beasiswa,'' tutur Reyim kepada surat kabar China Daily seusai mengikuti audisi di Kedutaan Besar Mesir di Beijing, Senin (18/5). Saat ditanya apakah dirinya tegang saat dites, sembari tersenyum Reyim berkata, ''Tidak sama sekali.''

Selain pandai berbahasa Arab dan Inggris, Reyim juga dikenal sebagai atlet atletik di kampusnya. Ia pun ahli menggunakan instant messaging untuk menjalin pertemanan dengan orang Timur Tengah dan Cina. Pemuda yang pemalu itu mengaku sangat mencintai akademi tempat dirinya menimba ilmu saat ini.

Ia pun berjanji akan kembali ke kampusnya begitu menyelesaikan studinya di Mesir, kelak. ''Saya akan kembali untuk mengajar setelah meraih gelar di Mesir,'' ungkapnya. Reyim adalah salah satu dari 160 anak muda Muslim di Provinsi Xinjiang Cina yang beruntung bisa melanjutkan studinya di Akademi Studi Alquran.

Berdasarkan data statistik, di wilayah otonomi Uighur Xinjiang, terdapat sekitar 12 juta umat Muslim.  Di wilayah itu, tersebar sekitar 24 ribu tempat ibadah, sekitar 23.900 di antaranya adalah masjid. Urumqi, tempat kelahiran Reyim, tercatat memiliki 461 tempat ibadah, sekitar 433 di antaranya adalah masjid.

"Keberadaan lembaga pendidikan, seperti Akademi Studi Alquran Xinjiang  merupakan sarana yang paling baik untuk memenuhi kebutuhan spiritual penduduk lokal,'' tutur Muhetaer Aishan, deputi ketua Komisi Hubungan Keagamaan dan Etnik Xinjiang.

Akademi yang telah berdiri sejak 1987 itu menawarkan program studi keislaman selama empat tahun. Selain itu, perguruan tinggi itu juga mengadakan pelatihan singkat bagi para imam. Menurut Pimpinan Akademi Studi Alquran Xinjiang, Wupuer Rexiti, Pemerintah Cina turut membantu mendanai aktivitas akademik.

Menurut Rexiti, untuk meningkatkan fasilitas dan kegiatan akademik, Pemerintah Cina menyalurkan bantuan sebesar 4 juta yuan per tahunnya. "Anak muda Muslim di Xinjiang yang berusia antara 18 hingga 25 tahun bisa kuliah di akademi ini, selepas mereka menyelesaikan sekolah menengah atas,'' ungkap Rexiti.


Akademi itu menawarkan 16 pogram studi, termasuk hafalan Alquran, hukum dan kebudayaan Islam, komputer, bahasa Arab, dan Inggris. "Mahasiswa kami harus menguasai pengetahuan agama dan umum serta keahlian. Sehingga, mereka bisa melayani umat Islam ketika mengabdikan dirinya menjadi pemimpin umat di masjid-masjid yang tersebar di Xinjiang.

No comments: