11 July 2010

Momentum Kebangkitan Islam di Rusia

Pernah mengalami masa kelam di era Imperium Rusia dan komunis. Kini, sendi-sendi Islam menggeliat kembali.

Saat ini terdapat sekitar 20 juta pemeluk agama Islam di negara Federasi Rusia, atau mencakup 15 persen dari jumlah penduduk yang mencapai 140 juta jiwa. Akan tetapi, berbeda dengan kebanyakan warga Muslim di sejumlah negara Eropa lain, komunitas Muslim Rusia bukanlah berasal dari kaum pendatang (imigran).

Mereka merupakan penduduk asli negara yang sebelumnya bernama Uni Soviet dan keberadaannya telah ada sejak lama. Oleh sebab itulah, umat Islam tidak bisa lagi dilepaskan dari denyut nadi kehidupan masyarakat serta negara. Sebagai contoh, pada perhelatan Olimpiade Beijing 2008, dari torehan 23 medali emas yang diraih kontingen atlet Rusia, sebanyak 10 di antaranya disumbangkan oleh atlet-atlet Muslim.

Mayoritas komunitas Muslim Rusia tinggal di kawasan Volga-Ural dan Kaukasus Utara. Beberapa kawasan lain, termasuk kota-kota besarnya, seperti Moskow dan Saint-Petersburg, juga menjadi tempat tinggal umat Islam dalam jumlah cukup signifikan. Adapun dominasi kaum Muslim sejatinya berada di tujuh negara bagian Federasi Rusia. Antara lain, Republik Bashkortostan dan Tatarstan di wilayah Volga-Ural, Republik Chechnya (yang kini mencoba memerdekakan diri dari Rusia), Ingushetia, Dagestan, Kabardino-Balkaria, dan Karachay-Cherkessia di Kaukasus.

Tetap tegar
Terentang jauh ke belakang, agama Islam pertama kali masuk ke Rusia, yakni di Dagestan pada pertengahan abad ke-7 lalu berkembang hingga ke Kaukasus Utara, terutama lewat jalur perdagangan dengan negara-negara Muslim sekitar.

Ketika itu, pasukan Muslim di bawah kepemimpinan Abd Rahman ibn Rabiah, mencapai Kaukasus Selatan setelah mengambil alih kendali di Persia dan al-Quds (Yerusalem). Pasukan tersebut berhasil menaklukkan Kerajaan Kazar yang berkuasa di wilayah ini selama masa Pemerintahan Bani Umayyah, tahun 737 masehi. Tak lama, Kerajaan Kazar pun tunduk kepada penguasa Bani Umayyah, yang lantas mengubah wilayah ini sebagai pusat administrasi sekaligus penyebaran Islam kepada penduduk asli Kaukasus.

Hingga selanjutnya, terbentuklah negeri Muslim yang pertama, Volga Bulgaria pada tahun 922. Dari sinilah akhirnya Islam dapat lebih melebarkan pengaruhnya sampai ke wilayah utara dan timur Rusia, khususnya Siberia. Oleh penduduk lokal, agama Islam dapat diterima dengan terbuka. Ini karena ide-ide universal yang dibawa seperti keadilan, persaudaraan, antikezaliman, dan mencintai ilmu, mampu merebut hati warga.

Gelombang kedua masa penyebaran Islam di Rusia berlangsung pada periode kekuasaan bangsa Mongol di bawah pimpinan Jusi Ulusi atau Altan Ordon, yang mendiami kawasan utara Mongolia pada tahun 1242. Mereka memang sempat mengendalikan wilayah Kaukasus dan Dagestan, akan tetapi tidak memiliki dampak signifikan terhadap kehidupan sosial warga.

Jadilah, segala yang ada di masyarakat tidak berubah, misalnya budaya, agama, bahasa, dan lainnya. Maka itu, di awal abad 15, muncul kerajaan-kerajaan Islam di setiap kawasan, kecuali wilayah antara kota Moskow dan Kiev yang memang dihuni etnis Slav. Hingga akhirnya, kerajaan-kerajaan kecil Islam ini ditaklukkan oleh Kekaisaran Rusia pada abad ke-16. Dan, yang pertama kali tunduk adalah kerajaan Islam di Volga-Ural, mengingat Rusia memang mengincar kawasan itu karena dinilai amat strategis untuk jalur transportasi.

Pada 15 Oktober 1552, seusai mengalahkan Kerajaan Kazan, kerajaan terkuat di kawasan tadi, peluang Imperium Rusia untuk kian menancapkan pengaruh di daerah Volga dan Laut Kaspia, semakin terbuka lebar.Inilah awal kemunduran itu. Pada pertengahan abad ke-18, Muslim Rusia tidak dibolehkan melakukan aktivitas keagamaan, membangun masjid, dan sekolah. Intinya, apa pun yang bernafaskan keagamaan, coba diredam oleh penguasa Rusia.

Situasi kelam terus berlangsung selama berpuluh-puluh tahun. Pun, ketika meletusnya revolusi komunis pada 1917, semakin memunculkan situasi yang sangat buruk bagi semua pemeluk agama, terutama Muslim. Puncaknya adalah saat terjadi pemberantasan agama sejak 1927.

Akan tetapi, geliat Islam tak lantas pudar. Kendati tertindas semasa rezim komunis berkuasa, akar budaya ataupun sejarah Islam yang panjang, tak pernah tercabut. Sampai terjadilah momentum reformasi ekonomi, sosial, dan politik di penghujung tahun 80-an, dengan runtuhnya negara adidaya Uni Soviet. Hal itu lantas dimanfaatkan oleh elemen Muslim Rusia untuk berbenah serta menata kembali kehidupan sosial dan keagamaannya.

Kini, komunitas Muslim Rusia boleh berbangga. Mereka tercatat merupakan komunitas Muslim terbesar di Eropa. Jumlahnya mencakup sekitar 15-20 persen populasi penduduk dan terus bertambah dari waktu ke waktu.Di samping berasal dari Muslim keturunan, banyak di antara mereka merupakan Muslim Rusia yang mualaf. Bahkan, bisa dikatakan, 60 persen pemeluk baru adalah etnis Rusia yang sebelumnya tidak beragama (ateis).

Faktor imigrasi dari wilayah Utara Kaukasus dan Asia Tengah, juga memengaruhi pertambahan populasi Muslim. Tapi, ada satu hal yang menjadi perhatian serius kalangan Kristen Ortodoks Rusia, yakni adanya krisis kependudukan di kalangan etnis Rusia yang menyebabkan penurunan populasi 700 ribu orang per tahun.Inilah yang menimbulkan kekhawatiran, lantaran mereka bisa saja menjadi minoritas dan kehilangan identitas Rusia-nya. Apabila tren semacam ini terus berlanjut, diperkirakan populasi Muslim dalam 30 tahun mendatang bisa melebihi etnis Rusia. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan Muslim akan menjadi mayoritas di dinas ketentaraan Rusia.

Banyak masjid
Seiring perkembangan agama Islam di masa lampau, bertumbuh pula jumlah masjid yang tersebar di region-region Muslim. Akan tetapi, sejak masa Imperium Rusia, jumlahnya terus menyusut, dari sekitar 12 ribu menjadi hanya 343 masjid akibat tekanan berat terhadap aliran keagamaan.Barulah di akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, kehidupan agama kembali normal, termasuk Islam. Hal tersebut ditandai dengan banyak dibukanya masjid baru ataupun yang lama, dan menjadi pusat peribadatan serta sosial keagamaan.

Tercatat, saat ini di wilayah Federasi Rusia yang luasnya hanya separuh dari luas negara Uni Soviet serta Imperium Rusia, masjid yang ada jumlahnya hampir separuh dari jumlah sebelum revolusi. Secara resmi, telah terdaftar sebanyak 4.750 masjid.Kawasan paling banyak terdapat masjid adalah di Dagestan dengan jumlah 3.000 masjid. Begitu pula, di Tatarstan yang dalam 10 tahun terakhir telah mencapai seribu masjid. Sementara di ibu kota Moskow, yang populasi Muslimnya sekitar satu juta jiwa, terdapat 20 komunitas serta lima masjid.

Selain masjid yang bertambah, begitu juga organisasi dan lembaga keagamaan di tingkat lokal. Dari data register negara di kawasan Volga saja, ada sebanyak 1.945 organisasi Muslim, diikuti Kaukasus Utara sekitar 980 lembaga, serta Ural dengan 316 lembaga. Di beberapa kawasan lain pun bermunculan organisasi serupa meski jumlahnya lebih kecil.Tapi, secara umum ada tiga organisasi Muslim yang cukup berpengaruh, antara lain, pertama, Dewan Mufti Rusia, berkedudukan di Moskow serta membawahi sekitar 1.686 komunitas. Pemimpinnya bernama Mufti Ravil Gainutdin yang kharismatik.
 
Kedua, Administrasi Keagamaan Pusat dari Muslim Rusia berbasis di Ufa. Dipimpin oleh Mufti Talgat Tadzhuddin dan menjadi wadah bernaungnya 522 komunitas.Ketiga, Pusat Koordinasi Muslim di Kaukasus Utara yang dipimpin oleh Ismail Berdiyev, Mufti Karachai-Cherkassia, dan wilayah Stavropol. Lembaga ini mencakup 830 komunitas. yus/berbagai sumber


Bangunan Sejarah

Siapa tidak mengenal Imam al-Bukhari? Ulama dan cendekiawan itu telah memberikan pencerahan kepada umat Muslim maupun dunia, lewat ilmu fikih dan kitab hadisnya yang termasyhur. Imam al-Bukhari berasal dari Bukhara, Uzbekistan.
 Ini adalah wilayah di Asia Tengah, yang pernah menjadi bagian dari negara Uni Soviet. Apabila merunut ke belakang, sejatinya tidak hanya kiprah ulama besar itu yang menjadi bukti kejayaan Islam di Rusia pada masa lampau, tapi juga berbagai peninggalan lain, terutama di Bukhara dan Samarkand.

Itulah dua pusat perkembangan Islam, terutama di kawasan Asia Tengah, antara abad ke-10 dan ke-12. Sejumlah bangunan masjid dengan menara nan indah, karya-karya dari ulama dan ahli agama terkemuka, kiprah madrasah dan sekolah Islam, geliat sektor ekonomi, pun pernah hadir di sini.Sejarah kawasan ini cukup panjang. Dimulai ketika Alexander Agung pada tahun 329 SM, berhasil mengalahkan Raja Spitamenes, pimpinan bangsa Soghidian yang mendiami wilayah Marakand (Samarkand di era modern), dalam ekspedisinya ke India.

Lantas berabad-abad kemudian, datanglah pasukan Arab pada abad ke-7 yang juga sukses menancapkan pengaruh di wilayah ini. Mereka pun berhasil mengajak penduduk setempat memeluk Islam, sekaligus menanamkan aspek sosial budaya, seni, dan pengetahuan Islam.

Etnis Turki dan Arab juga banyak berdatangan ke kawasan ini, yang secara perlahan, bersama penduduk lokal beralih memeluk Islam. Tapi, tak lama kemudian bangsa Cina menyerbu Farghana pada 745 dan menetap sampai tahun 751, sebelum dikalahkan panglima perang Islam, Ziyad ibn Saleh.

Akan tetapi, tahun 1220, Genghis Khan dan pasukan Mongolnya menginvasi Asia Tengah serta menduduki Samarkand, Bukhara, dan Urgens. Mereka menghancurkan banyak bangunan Islam, termasuk istana yang dibangun Khalifah Harun al-Rasyid di Tus dan makam Sultan Sanjar di Merv. Kendati di bawah tekanan, Islam mampu bertahan pada masa kepemimpinan Timur Lenk, seorang Muslim yang merupakan keturunan Genghis Khan. Dia berkuasa di tahun 1370 dengan wilayah meliputi Samarkand, kawasan barat Moskow, hingga timur Sungai Ganges.

Bahkan, setelah kematian Timur Lenk, Samarkand yang kemudian dikuasai Ulug Beg tetap bisa berkembang pesat. Kota ini akhirnya menjadi salah satu pusat budaya dan pendidikan Islam. Masjid-masjid agung didirikan di kawasan Asia Tengah ini, misalnya Masjid Haja Ahror di pinggir kota Samarkand, seperti juga 13 masjid lain di Tashkent.Adapun di Bukhara, madrasah Mir-i-Arab menyediakan sarana pendidikan Islam tingkat menengah dengan mengajarkan Alquran dan hadis, bahasa Arab, serta ilmu pengetahuan umum (matematika, kedokteran, dan lainnya).

Namun, seiring perjalanan waktu, banyak dari bangunan penting ini roboh ataupun rusak, baik oleh penghancuran maupun bencana alam. Namun, saat ini telah ada upaya untuk merenovasi sebagian peninggalan bersejarah tadi.Di Tashkent, Samarkand, Bukhara, dan Khiva, pemerintah setempat telah memperbaiki tembok-tembok masjid yang termakan usia, memperkuat fondasi menara masjid, mengganti keramik yang hilang, serta melapis ulang kubah masjid.

Pengerjaan konstruksi terbanyak mungkin dilakukan di Samarkand, utamanya sebelum tahun 1970 ketika memperingati hari jadi kota yang ke-2.500. Saat itu, bangunan Gur-i-Mir peninggalan Timur Lenk pada abad ke-14 direnovasi dan interiornya diganti baru.Bangunan peninggalan Islam lainnya di Samarkand adalah Shah-i-Zinda yang berada di kompleks 16 bangunan. Konon, Qasim ibn Abbas, sepupu Rasulullah SAW, dimakamkan di sini. Bangunan ini juga telah direstorasi.

No comments: