27 July 2010

Muslim di Sri Lanka Dari Arab Hingga Melayu

Muslim di Sri Lanka tergolong minoritas di tengah mayoritas penduduk beragama Buddha. Populasinya hanya sekitar delapan persen dari sekitar 20 juta penduduk negeri yang semula bernama Sailan itu. Secara umum, komunitas Muslim di negara yang terletak di Selat India ini terbagi menjadi tiga kelompok, yakni Sri Lanka Moors, India Muslim, dan Melayu. Keberadaan kelompok-kelompok itu punya sejarah dan tradisi masing-masing.

Berbagai catatan sejarah menunjukkan kehadiran Islam ke wilayah ini punya sejarah yang panjang. Islam masuk ke Sri Lanka bermula dari kedatangan pedagang Arab di abad ke-8. Banyak di antara mereka menetap di pulau bagian bawah negeri ini, menikah dengan masyarakat Sri Lanka, dan melakukan penyebaran agama Islam. Mereka melakukan perdagangan bersama penduduk setempat hingga mencapai kejayaannya pada abad ke-15. Mereka itulah yang kemudian disebut Sri Lanka Moors. Istilah "Moor" dipandang dari sudut etimologi, pertama kali digunakan oleh orang Portugis. Populasi Sri Lanka Moors mencapai 93 persen dari penduduk Muslim di negeri ini.

Situs wikipedia mencatat, Islam berkembang di Sri Lanka tak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di Pantai Malabar, India. Tradisi mencatat, orang Arab yang menetap di Pantai Malabar biasa berlayar dari Pelabuhan Cranganore ke Sri Lanka, untuk menziarahi apa yang mereka percayai sebagai bekas tapak kaki Nabi Adam di puncak sebuah gunung yang hingga kini masih dikenal sebagai Puncak Adam. Ibn Batuta, pengembara Arab terkenal di abad ke-14, menemukan banyak pengaruh Arab di Sri Lanka dalam catatan pengembaraannya.

Bahkan, tulis situs itu, sebelum akhir abad ke-7 sebuah koloni pedagang Islam telah tiba di Sri Lanka. Terpukau dengan keindahan pemandangan sekitar dan tertarik dengan tradisi yang dikaitkan dengan Puncak Adam, pedagang Islam tiba dalam jumlah yang besar. Sebagian di antara mereka kemudian mengambil keputusan untuk menetap di pulau itu. Kehadiran mereka diterima baik oleh pemerintah setempat. Kebanyakan mereka tinggal di sepanjang kawasan pantai, hidup aman dan makmur sambil menjalin hubungan budaya dan perdagangan dengan bandar-bandar Islam yang lain.

Menurut Tikiri Abeyasinghe dalam Portuguese Rule in Ceylon , 1594-1612 (Pemerintahan Portugis di Ceylon, 1594-1612), Muslim yang pertama datang ke Sri Lanka adalah sekelompok orang Arab Bani Hashim yang diusir dari Tanah Arab pada awal abad ke-8 oleh pemerintah tirani Khalifah Abd al-Malik ibn Marwan. Mereka berasal dari selatan Sungai Furat lalu menetap di Concan, bagian selatan benua India, Pulau Ceylon (Sailan), dan Melaka. Sebagian dari mereka yang datang ke Ceylon membentuk permukiman besar di sepanjang pantai timur laut, utara, dan barat pulau tersebut, yakni sebuah di Trincomalee, sebuah di Jaffna, sebuah di Colombo, sebuah di Barbareen, dan sebuah di Point de Galle.

Negeri yang indah
Sejak dulu, negeri ini terkenal dengan keindahannya, kaya akan sumber daya alam. Sebutlah, misalnya, teh bermutu tinggi, di samping terkenal dengan kerajinan batu mulia. Kondisi ini mengundang perhatian negara-negara besar di masa lalu. Mereka tertarik dengan kekayaan alam itu dan ingin menguasainya. Kehadiran negara-negara besar itu perlahan-lahan mengubah masa kejayaan Muslim yang lebih dulu berkembang di negeri tersebut.

Pada abad ke-16, Portugis masuk ke wilayah negeri ini. Kehadirannya memaksa warga Muslim berimigrasi ke Central Highlands dan ke pantai timur negara itu.Abad ke-18, Belanda datang dan menguasai Sailan. Tak jauh berbeda dengan masa kekuasaan Portugis, kehadiran Belanda di Sri Lanka pun tidak memberikan ruang gerak yang bebas bagi warga Muslim. Dalam berbagai literatur disebutkan, masa itu, selain memerintah dengan kekerasan, kolonial Belanda juga membuat undang-undang yang melarang kaum Muslim melakukan kegiatan ibadah dan membatasi aktivitas perdagangan atau berhubungan dengan pedagang Muslim lainnya.

Belanda pergi, Inggris datang ke Sri Lanka pada abad ke-19. Di masa kekuasaan Belanda dan Inggris, banyak orang Jawa dan Malaysia yang telah beragama Islam dikirim ke Sri Lanka. Kala itu, Belanda menjajah Indonesia dan Inggris menguasai Malaysia. Kehadiran 'orang-orang buangan' itu dengan sendirinya menjadi gelombang baru kehadiran Muslim di Sri Lanka. Sebagaimana halnya dengan pedagang Arab yang datang jauh sebelumnya, Muslim dari Indonesia dan Malaysia pun banyak yang memilih berdiam dan menetap di negeri ini.

Kebanyakan pendatang Melayu adalah tentara yang dibawa oleh Belanda ke Sri Lanka yang kemudian mengambil keputusan untuk menetap di pulau tersebut. Pendatang lain adalah anggota keluarga bangsawan dari Indonesia yang dibuang ke negeri itu. Populasi keturunan orang Melayu Sri Lanka yang berasal dari Asia Tenggara--Indonesia dan Malaysia--kini diperkirakan mencapai sekitar 50 ribu orang.

Selain dari Asia Tenggara, gelombang kedatangan warga Muslim ke Sri Lanka juga datang dari India dan Pakistan. Mereka ini adalah orang Islam keturunan yang datang untuk mencari peluang usaha pada masa kolonial di Sri Lanka. Sebagian datang ke negara ini di awal kekuasaan Portugis, lainnya tiba di masa kekuasaan Inggris. Umumnya mereka datang dari negeri-negeri, seperti Tamil Nadu dan Kerala.


Merdeka
Sri Lanka memperoleh kemerdekaannya, lepas dari penjajahan kolonial pada 1948, saat kaum Muslim terbebas dari segala penindasan di seluruh sektor kehidupan, seperti budaya, politik, dan sosial. Di awal kemerdekaan, mayoritas Sinh memegang kekuasan dan menjalankan pemerintahan dengan sistem demokrasi yang menguntungkan kaum Muslim.

Namun, pemerintahan berikutnya mulai melakukan diskriminasi terhadap kaum Muslim dengan membangun permukiman bagi warga Sinh agar mereka tidak menjadi penduduk mayoritas. Tahap demi tahap pemerintah mengurangi jumlah sekolah-sekolah bagi kaum Muslimin, melarang mereka belajar di universitas, serta menghancurkan sendi-sendi perekonomian mereka.

Kondisi ini berlangsung sampai musibah besar menimpa negeri ini, seiring dengan terjadinya peperangan antara etnis Tamil dan Sinh pada 1983. Etnis Tamil menuntut kemerdekaan dengan mendirikan sebuah negara di sebelah selatan dan timur Sri Lanka. Tuntutan ini menggiring mereka pada pertikaian bersenjata dengan Pemerintah Sri Lanka yang menelan ribuan korban jiwa.

Pertikaian antaretnis itu tidak menguntungkan posisi warga Muslim. Di tengah pertikaian itu, banyak warga Muslim yang terpaksa mengungsi. Kehidupan mereka di pengungsian, jauh dari kondisi yang harmonis. Banyak di antara mereka yang tinggal di perkemahan dengan kebutuhan hidup minimal, sulit mendapatkan pekerjaan yang memadai untuk mengatasi kesulitan ekonomi mereka. Kesempatan bagi anak-anak mereka yang tinggal di pengungsian untuk mendapatkan pendidikan, apa boleh buat, menjadi terbatas. bur/berbagai sumber


Dibawa Melayu
Islam Melayu yang kini berdiam dan menjadi warga di Sri Lanka mayoritas berasal dari wilayah Asia Tenggara, terutama Indonesia dan Malaysia. Orang-orang dari Indonesia yang ada di negeri itu dikenal sebagai ''Ja Minissu'' yang berarti orang Jawa. Populasi mereka kini berjumlah sekitar 50 ribu orang atau kurang lebih lima persen dari warga Muslim di negeri itu.

Situs  wikipedia menyebutkan, nenek moyang Islam Melayu yang ada di Sri Lanka saat ini, didatangkan ke negeri itu ketika Sri Lanka dan Indonesia menjadi wilayah jajahan Belanda. Kebanyakan dari para imigran Melayu pertama yang didatangkan ke negeri ini adalah tentara yang ditempatkan oleh penguasa kolonial Belanda di Sri Lanka. Imigran lainnya adalah tahanan atau anggota keluarga bangsawan dari Indonesia yang dibuang ke Sri Lanka.

Umumnya 'orang-orang buangan' yang sudah beragama Islam itu memilih tinggal dan menetap di negeri seluas 65 km2 yang terdiri atas sembilan provinsi tersebut. Di sini, mereka kemudian mengembangkan keturunan hingga populasinya mencapai sekitar 50 ribu orang.Selain dari Indonesia, sebagian Muslim Melayu di Sri Lanka berasal dari Malaysia. Sebagaimana halnya Melayu dari Indonesia, orang-orang Malaysia dibawa oleh Inggris ke Sri Lanka ketika negeri jiran itu diperintah oleh Inggris.

Jejak keberadaan mereka hingga kini bisa ditemukan dalam berbagai ciri khas Melayu. Mereka, misalnya, tetap menggunakan identitas Melayu yang ditandai dengan penggunaan bahasa. Bahasa yang mereka gunakan sehari-hari mencakup banyak kata yang diserap dari bahasa Sinhala dan varian bahasa Moor dari bahasa Tamil.


Tahun 1980-an, orang-orang Melayu ini mencapai lima persen dari populasi Muslim di pulau itu. Posisi ini menempatkan mereka dalam salah satu kelompok minoritas terkecil di tengah mayoritas penduduk beragama Buddha di Sri Lanka.

1 comment:

nabimuhammad.info said...

makasih infonya pak,,,,,,link dong,hehe